Friday, December 31, 2010

PENANTIAN SELEPAS 16 TAHUN..


Alamak ! Pic xclear ~ hurm :(


Sekalung tahniah buat pasukan HARIMAU MALAYA yang telah menjadi juara buat kali pertama pada tahun 2010 ini . Sebagai rakyat Malaysia aku sangat berbangga atas kejayaan HARIMAU MALAYA menewaskan pasukan GARUDA (Indonesia) dengan aggregat 4-2 walaupun tewas di gelanggang pihak lawan, MALAYSIA 1-2 INDONESIA .

Walau bagaimanapun, berbekalkan 3 gol yang di menangi semasa perlawanan di Bukit Jalil, HARIMAU MALAYA telah di nobatkan sebagai JUARA PIALA SUZUKI AFF di serantau ASEAN . Safee Sali telah menerima anugerah kasut emas kerana menjaringkan 5 gol yang membuka peluang untuk Malaysia berentap sehingga ke peringkat akhir.

Kecermerlangan yang ditunjukkan oleh gol keeper Malaysia iaitu Khairul Fahmi sangat membanggakan Malaysia kerana menunjukkan aksi cemerlang sepanjang PIALA SUZUKI AFF ini berlangsung . Tahniah sekali lagi buat K. RAJA GOPAL dan SELURUH TENAGA KERJA yang terlibat dalam melatih dan mendisiplinkan pemain Malaysia .

Walaupun terdapat sedikit kesilapan yang dilakukan oleh salah sorang pemain Malaysia yang menanduk bola ke gawang sendiri menyebabkan GARUDA Indonesia mendapat gol yang kedua, namun Malaysia tetap layak untuk menjadi JUARA ASEAN atas kecekapan dan kemerlangan yang di tunjukkan sepanjang perlawanan ini berlangsung...

Love HARIMAU MALAYA forever :) hehehe ..


Ehe . ney favourite player aku :) <3 khairul fahmi . huhuhuhuhu .
Dua-dua aku punya tau ! hehehe . Berangan jap :P

~ HAPPY NEW YEAR 2011 ~



A wishes ..

HAPPY NEW YEAR 2011 !
 
12 months of HAPPINESS..

52 weeks of FUN..

365 days os SUCCESS..

8760 hours of GOOD HEALTH..

525600 minutes of GOOD LOVE..

31536000 seconds of JOY..




Have a bless for all muslimin and muslimah in advance for the up coming New Year 2011 <3

Di Saat Aku Mencintaimu..


Mengapa kau pergi, Mengapa kau pergi
Di saat aku mulai mencintaimu,
berharap engkau jadi kekasih hatiku,
Malah kau pergi jauh dari hidupku,

Menyendiri lagi, Menyendiri lagi,

Di saat kau tinggalkan diriku pergi,
Tak pernah ada yang menhiasi hariku,
Di saat aku terbangun dari tidurku,

Aku inginkan diri mu, datang dan temui aku,

Kan ku katakan padamu, aku sangat mencintai dirimu,
Aku inginkan diri mu, datang dan temui aku,
Kan ku katakan padamu, aku sangat mencinta…….

Menyendiri lagi, Menyendiri lagi,

Di saat kau tinggalkan diriku pergi,
Tak pernah ada yang menhiasi hariku,
Di saat aku terbangun dari tidurku,

Aku inginkan diri mu, datang dan temui aku,

Kan ku katakan padamu, aku sangat mencintai dirimu,
Aku inginkan diri mu, datang dan temui aku,
Kan ku katakan padamu, aku sangat mencinta…….

Semoga engkau kan mengerti,, tentang perasaan ini

Maaf ku telah terbuai, akan indahnya cinta
Maaf sungguhku tak bisa, untuk kembali padamu
Maaf ku telah terbuai, akan indahnya cinta

Aku inginkan diri mu, datang dan temui aku,

Kan ku katakan padamu, aku sangat mencinta,

Aku inginkan diri mu, datang dan temui aku

Kan ku katakan padamu, aku sangat mencinta,

Aku inginkan diri mu, datang dan temui aku

Kan ku katakan padamu, aku sangat mencinta… 

Thursday, December 23, 2010

Belahan Jiwa

 
Tangisan pilu..
Terdengar dari hatiku..
Tak bisa kupungkiri itu..
kau masih terdapat dalam kalbu..
kau datang bagai angin..
yang memberi kesejukan hati..
Namun kau pergi tak menanti..
saat aku butuh kau di hati..
mencoba lupakan tawamu..
mencoba lupakan senyum indahmu..
mencoba melawan cinta dalam kalbu..
Namun ku tak sanggup..
andai ku bisa..
ku peluk hangat tubuhmu..
Andai kau ada..
Tak akan kulepas dari genggamku..
Mutiara hati bak cahaya..
tak sampai ke pelipur lara..
Tiada hati terungkap sudah..
Kau adalah belahan jiwa..

Rinduku..


 Kasih..
kerinduan hati..
terendap dalam mimpi..
Ku cuba pandangi langit..
Melihat kau disini..
Udara pagi..
Laksana wangi tubuhmu..
Hangatnya mentari..
Bagaikan pelukan hangatmu..
Kasih yang kau beri..
Tak sia di hati..
Ku beri cinta ini..
Untuk kau jaga sepenuh hati..
jika Rindu merasuk Hati
Hiruplah udara pagi..
Rasakanlah kasih..
Aku disini menanti..

Rindu Yang Terdalam..

 
kutemukan cinta..
diantara banyaknya bintang..
Yang ada di angkasa cinta..
namun dia jauh disana..
cinta kita menjadi satu..
Namun engkau jauh..
Dari pandanganku..
Ku hanya terdiam termenung..
kurasakan nafasmu..
Kurasakan getar jantungmu..
Kurasakan manjamu..
Menjadi sebuah rindu bagiku..
Saat aku duduk..
memandang bintang di angkasa..
Entah kenapa air mata..
Jatuh membasahi wajah..
Rindu yang menyesakan dada..
Terlalu dalam di jiwa..
aku tak tahu mengapa..
Bisa terlalu cinta..
     Kasih kau begitu jauh dimata..
   tapi kau bagaikan nyawa..
     Dalam hati terdalam..
      Dan tak tergantikan..

Cinta Abadi..

 Setitis cinta ini..
Ingin ku beri padamu..
Kesetiaan Suci penuh kasih..
Kan kupertahankan Untukmu..
Tak kan ingkar dalam Hati..
Untuk setia berbagi..
Demi cinta suci..
Kaulah cinta sejati..
Walaupun di dunia tak ada keabadian..
tak membuat ku gentar..
Untuk tatap mencinta..
Hingga Akhir ayat..
dunia bisa hancur..
daun bisa gugur..
Tapi satu hal yang abadi untuku..
Cintaku padamu..


Wednesday, December 22, 2010

Biarkan ia Berlalu..

Mungkin aku memang lemah
Mungkin aku tak pernah punyai lelah
Saat ku terdiam menangisi pergimu
Terus ku terpaku oleh harapan semu
Sepertinya… telah cukup banyak kutulis
Telah cukup dalam hati ini kuiris
Agar bisa kucoba lagi cinta dari mula
Dengan ia yang mampu merasakannya
Namun cinta untukmu terus bertahan
Di sekeping sisa hati ini pun cinta untukmu kurasakan
Kerinduan hadirmu tak pernah bisa hilang
Oh Tuhan… bagaimana semua ini harus khuatirkan ?

Aku Memilihmu..


Aku memilihmu…
Untuk menemani di kala siang tak bermentari
Saat malam tak berbintang
Agar dapat terangiku dengan senyuman

Aku memilihmu…
Saat terik sinar menyengat dan membakar
Ketika bulan sabit atau purnama
Untuk temaniku menyusuri dunia

Aku memilihmu…
Dengan hati yang tak memilih waktu
Sepenuh cinta tanpa masa
Semenjak harap masih mendengung hampa..

Cinta Suci

Ada bayang yang tak pernah pergi
Ada nama yang s’lalu mendiami
serta seutas wajah yang menerangi
Pada hati…bangkitkan semangat diri
tuk lalui hari-hari
Meski kutau bagiku takkan mungkin lagi ada dirimu
Tetap saja kubiarkan engkau mendiami seluruh taman asa
di antara kuntum bunga mawar yang pernah ada diantara kita
Merekah indah diantara ‘harap dan nyata’
Ada keyakinan yang tak terbeli
Oleh ribuan hari-hari penantian hati
Susuri hidup… walau tertatih seorang diri
dan kau tetap disana, diami sudut paling sunyi
dan suci…

Adakah Kau Mencintaiku

beribu hari ku lalui bersama mu….
namun kau tak pernah peduli kan hadirku….
berjuta masa ku menemani raga mu…
namun bathinmu tak pernah ingin kan ku…
hingga ambang batas rasa cintaku….
ku langkahkan kaki menjauhi mu….
namun tetap tak kau relakan….


apa yang sebenarnya ada dalam kalbumu???
cinta atau kah sebatas keinginan dan ke egoisan???
ku terdiam sejenak tuk memutuskan…
namun cinta ku pada mu tetap berkobar…
dan kuputuskan untuk tetap tinggal di dekat mu…
hari pun silih berganti…
namun kau tetap seperti yang dulu…
acuh dan tak peduli pada cintaku…
dan hingga batas waktu ini…
slalu dan kan slalu kUpertanyakan…
ADAKAH ENGKAU MENCINTAIKU??

Wednesday, December 15, 2010

Puisi Cinta

 Jangan pernah sesekali kamu melarikan diri dari "CINTA" apabila ia berada di depan matamu..
Kerana suatu hari nanti, kamu pasti akan menyesali kerana melepaskan cinta itu pergi..

Cinta bukan mengajar kita lemah..
Tetapi membangkitkan kekuatan..

Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri..
Tetapi Menghembuskan kegagahan..

Cinta bukan melemahkan kita..
Tetapi cinta membangkitkan semangat..


Cinta..

Cinta adalah ketika kamu menitiskan airmata..
Tetapi masih peduli terhadapnya..


Cinta adalah ketika dia tidak memperdulikanmu..
Dan kamu masih menunggunya dengan setia..

Cinta adalah ketika dia mulai mencintai orang lain..
Dan kamu masih bisa tersenyum dan berdoa untuk kebahagiaan dirinya dan berkata :
"AKU TURUT BERBAHAGIA UNTUKMU.."

Buih-Buih Kerinduan..


Di sepi malam..
Dalam kerdipan bintang-bintang..
Kerinduan makin membungkam jiwa..

Di saat-saat begini,
Masa seolah-olah tidak berganjak..
Kehadiran cintamu telah menyinari hidupku..
Keluhuran hatimu mengubati sepiku..
Memberi aku ketenangan untuk bersedia menghadapi rintangan..

Duhai yang dirindui..
Walau kita berjauhan..
Ku pasti akan berdoa agar engkau sentiasa selamat dan dirahmati ilahi..
Moga tersulam rindu yang bersemi..

Buatmu sayang..
Ku curah kasih suci..
Moga kau mengerti..
Harapanku hanyalah kesetiaan dan kasih sayang sejati darimu..
Mengikat kasih cinta abadi..

Sayangku..

Di saat aku meniti waktu,
Aku sering dibuai nostalgia tika kita bersama dulu..

Ada seketikanya..
Lamunan terusik sendiri..
Mengimbau kisah perkenalan kita..
Mengikat janji setia,
Agar dapat terus bersama..

Lantaran,
Perasaanku sering tersentuh seketika..
Perhubungan yang ku anggap luhur ini rupanya telah banyak merubah kehidupanku..
Menjadikan aku lebih dewasa,
Ke arah keredhaan ilahi..

Harapanku hanyalah satu,
Semoga kejujuran dan keikhlasan yang menyimpul ikatan ini,
tidak akan pernah terurai..
Walau selangit rintangan yang menusuk rantai cinta kita..

Cinta Tiada Akhirnya..


Direntap kasih jiwa ini,
Sinar mata menusuk hati,
Tak terlepas dek Sanubari,
Takkan terungkai ikatan sejati..

Namun, kesempurnaan masih bertatih,
Gelombang jiwa musykil angkara,
Rasukan nista adat dunia,
Menerobos rakus di ruang minda,
Resah dan gundah mencalar rencana..
Dan.. Terus ku tatap rindu..

Ku gagahi setiap gelagat,
Ku pohon doa kurniaan iradat,
Ku tetapkan hati lorongan kudrat,
Kasihmu ku paut ku genggam erat..
Kini.. Resah menghilang,
Rindu yang mendatang..

Persada cinta seteguh dunia,
Resapan Bayu ucapan rindu,
Kasih membara sinaran Mutiara,
Ku yakini dirimu bernafas..
Cintaku, ku rela..
Kerana..
CINTA TIADA AKHIRNYA..

Jika Aku Jatuh Hati

Ya Allah,
Jika Aku jatuh cinta,
Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya padaMu,
agar bertambah kekuatanku untuk mencintaiMu..

Ya Muhaimin,
Jika aku jatuh hati,
Izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut padaMu,
Agar tidak terjatuh aku ke dalam jurang cinta nafsu..

Ya Rabbana,
Jika aku jatuh hati,
Jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dariMu..

Ya Rabbul Izzati,
Jika aku rindu,
Rindukanlah aku pada seseorang yang merindui syahid dijalanMu..

Ya Allah,
Jika aku menikmati cinta kekasihmu,
Jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh kedalam perjalanan panjang yang berliku yang menyeru manusia kepadaMu..

Ya Allah,
Jika Kau menghalalkan aku merindui kekasihMu,
Jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta yang hakiki dan rindu abadi hanya padaMu..
Amin Ya rabbal A'lamin....


Doaku semoga kita sama-sama berjaya mengharungi rintangan dan cabaran yang sememangnya menguji kekuatan iman kerana tapak iman itulah yang menemukan cinta yang selama ini telah hilang....

Badai Ombak Rindumu..


Mengapa mendung kian kelabu,
Hati ini kian terusik dilambung ombak rindumu..


Dikala mendung sepi ini datang,
Aku terkapai-kapai mencari kasih sayangmu..

Ketika ini aku sangat memerlukanmu,
Aku rindu pada kehangatan cintamu yang bisa melenturkan keegoanku..

Aku terlalu dahagakan kasih sayangmu itu,
Mengapa kau datang dan pergi begitu saja?
Masih belum sempat terubat rinduku padamu..

Andai kau bukan milikku,
Aku rela melepaskan dirimu..
Biarlah diriku menanggung siksa..
Kerna aku.. Merindui kasihku..


Andai aku bisa,
Ingin saja aku melupakan dirimu..
Akan tetapi,
Aku tak mampu melawan rasa ini..

Suaramu.. Gelak tawamu..
Masih terngiang-ngiang di telingaku..
Masih tersemat dalam hatiku..
Mengapa dikau sanggup mendustai cinta kita?
Tegarnya engkau membiarkan aku derita tanpa kasihmu..

Kembalilah padaku sayang !!
Hanya engkau satu-satunya cinta hatiku hingga ke akhir waktu..

Memadailah Kematian Sebagai Satu Nasihat

Ingatlah kematian dan peristiwa-peristiwa terjadi selepas itu;

tidak seorang pun yang dapat melepaskan diri daripadanya.

Kematian merupakan penentuan segalanya;

segala sesuatu menjadi jelas akibatnya.

Kubur boleh menjadi sebuah taman syurga;

dan boleh pula menjadi lubang neraka.

Jika ia baik, maka setelahnya itu

adalah kenikmatan yang tiada bandingannya dari Tuhan.

Jika ia jahat, maka setelahnya itu;

adalah kesengsaraan jauh lebih dahsyat.

Demi Allah, sekiranya kau tahu apa yang berlaku selepas itu;

tentulah kau tidak akan tertawa malah banyak menangis.


================================

Apabila Sufyan al-Tsauri duduk beramai-ramai bersama rakan-rakannya
di suatu majlis, dia hanya duduk sekejap sambil membaca tasbih dan
kemudian terus berdiri.

Rakan di sekelilingnya hairan sehingga mereka bertanya : “Kenapa
dengan dirimu Abu Sa’id?”

Ia menjawab : “Demi Allah, aku baru sahaja teringat akan kematian.”


Anak muda sudahpun beruban

Dan orang tua telahpun binasa

Waktu pagi dan waktu petang

Datang silih berganti.

Malam yang usang itu digantikan dengan siang

Dan generasi baru pun berdatangan

Kita pergi dan pulang kerana keperluan hidup

Padahal keperluan orang yang hidup itu tak putus-putusnya

Setiap keperluan mati bersamaan

Dengan kematian pemiliknya

Keperluan yang tetap hidup hanyalah amal soleh dan kebajikan…

Oleh itu Adz-Zahabi berkata : “Sufyan al-Tsauri mati kerana dia
mengingati kematian, sehingga merosak denyutan darah dalam jantungnya.
Ketika itu dia dibawa kepada seorang doktor, doktor itu berkata “Orang
ini tidak akan hidup lebih dari tiga hari lagi.”, kerana jantungnya
sudah tidak bergerak tidak seperti biasanya.”

Sufyan al-Tsauri pernah membaca surah at-Takastur pada suatu malam,
lalu mengulang-ulangi sampai waktu paginya sambil menangis. Keluarga dan
tetangganya juga ikut menangis kerana mendengar tangisannya itu.
Mengapakah sampai demikian? Sebab dia menghayati betul-betul maksud ayat
yang dibacanya dan meyakini benar akan hari Akhirat. Allah SWT telah
berfirman :

“Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin.” (at-Takastur : 5)

Kata-Kata Binasa !

Saudara....aku dihina...aku dicaci.....aku diperlekehkan.....dan aku dipersenda.....
Saudara...bukanlah aku tidak mampu membalasnya....
bukanlah aku tidak mampu mencacinya.....
bukanlah aku tidak mampu menghinanya.....
bukanlah aku tidak mampu....
tetapi....
tuhanku melarang....
rasul ikutanku mencegah......
sesungguhnya aku cuba sedaya upaya mentaati.....
sungguh! aku takut kepada Pencipta ku.....
sungguh! aku ingin mencontohi rasul ikutan ku.....

kerna itu aku berdiam diri....berbentengkan kesabaran dan iman...
kerna kau saudaraku.....moga Allah memberi petunjuk kepada aku dan kamu....

ingatlah....siapa takbur...pasti lebur....

Amanat !


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
ini adalah surat wasiat dari penjaga makam
Nabi Muhammad SAW iaitu Sheikh Ahmad.
Maeine (Saudi Arabia).
pada suatu malam ketika membaca Al-Quran di
makam Rasulullah SAW.
selepas membaca lalu
hamba tertidur, dalam tidur hamba bermimpi
didatangi Rasulullah SAW lalu bersabda kepada
hamba, dalam 60 000 orang yang meninggal
dunia di zaman ini tiada seorang pun yang
matinya dalam keadaan beriman.
(a)isteri tidak mendengar kata suami.
(b)orang kaya tidak lagi bertimbang rasa.
(c)orang tidak lagi berzakat dan tidak membuat
kebajikan.
Oleh itu wahai Sheikh Ahmad, hendaklah kamu
menyedarkan kepada orang Islam ini supaya
membuat kebajikan, kerana hari
penghabisan(Qiamat) akan tiba di mana
bintang akan terbit dari langit, sesudah itu
matahari akan turun di atas kepala.
PESANAN HAMBA INI
(a) berselawat - untuk junjungan Nabi kita
Muhammad SAW.
(b) bertaubatlah - dengan segera sementara
Pintu Taubat masih terbuka.
(c) Bersembahyanglah
(d) berzakat - jangan ditinggalkan.
(e) Menunaikan Fardhu haji - bila
berkemampuan.
(f) Jangan menderhaka kepada kedua ibu
bapa.
UNTUK MAKLUMAN
1.
seorang saudagar dari bombay telah
menerima surat ini dan beliau telah mencatak
sebanyak 20 salinan dan mengirimkan kepada
orang lain, dia kemudiannya dianugerahi Allah
dengan mendapat keuntungan yang besar
dalam perniagaannya.
2.
seorang hamba Allah telah menerima surat
ini tetapi tidak mengendahkannya dan
menganggap wasiat ini palsu, maka selang
beberapa hari kemudian anaknya meninggal
dunia.
3.
Pada tahun 1977 Tun Dato Mustapha bekas
Ketua Menteri Sabah menerima wasiat ini
kemudian mengarahkan setiausahanya
mencetak sebanyak 20 salinan dan
menghantarnya kepada orang lain, maka
selang beberapa hari kemudian dia telah
mendapat hadiah dari kebajikan masyarakat di
malaysia timur.
4.
tan sri ghazali jawi, bekas menteri besar
perak secara tidak langsung dipecat dari
jawatannya kerana apabila beliau menerima
wasiat ini beliau terlupa mencetak 20 salinan
untuk disebarkan kepada orang lain tetapi
beliau telah menyedari kesilapannya lalu
beliau mencetak semula wasiat ini dan
mengirimkannya kepada orang lain, beberapa
hari kemudian beliau telah dilantik menteri
Kabinet Perdana Menteri.
5.
Zulfikar Ali Bhuno telah menerima surat
wasiat ini dan tidak percaya akan
kebenarannya juga menganggap palsu lalu
membuangnya ke dalam tong sampah.
seminggu kemudian beliau telah dijatuhkan
hukuman pancung sampai mati.
6.
di Terengganu, seorang pekerja bengkel
kenderaan telah menerima wasiat ini dari
pengirim yang tidak dikenali yang datangnya
dari Perak lalu beliau membuat sebanyak 20
salinan seperti yang dituntut.
Alhamdulillah dia
dianugerahkan oleh Allah seorang gadis
berakhlak mulia seperti yang dituntut oleh
Islam.
baginya anugerah ini paling agung dan
tidak ada tandingannya.
7.
Di Terengganu juga, seorang hamba Allah
telah menerima surat ini dari orang yang tidak
dikenali tetapi beliau tidak mengendahkannya
dengan mengatakan ianya bohong belaka dan
sengaja mengada-adakan untuk menakutkan
orang yang membacanya.
Beberapa hari
kemudian dia telah mendapat penyakit ganjil
dan penderitaanya amat menyedihkan.
setelah
tiga minggu mendapat rawatan rapi di hospital,
penyatkitnya sukar juga diubati oleh doktor.
Akhirnya beliau teringat akan wasiat ini dan
mengedarkannya kepada orang lain.
Semingu
kemudian barulah beliau beransur sembuh
sehingga sekarang.
Banyak lagi contoh-contoh orang yang
menerima wasiat ini tetapi tidak
mempercayainya dan tidak mengedarkannya
atau menyampaikan kepada orang lain.
dimana
mereka mendapat malapetaka.
setelah
kejadian yang menggembirakan dan
menyakinkan ini anda jangan lupa
menyampaikan 20 salinan wasiat dalam masa
96 jam dari masa anda menerimanya.
InsyaAllah anda akan memperolehi sesuatu
dari YANG MAHA KUASA dengan penuh keyakinan pasti ia akan menerangi hidup anda dengan nikmat kebahagiaan hidup. ISNYAALLAH

Monday, December 13, 2010

Cinta Yang Agung

Aku Mengaku Bahawa Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu pesuruh Allah

Kalau ada kepercayaanmu demikian, maka Allah tidaklah akan mensia-siakan engkau. Sembahlah Dia dengan khusyuk, dan ingatlah Dia pada waktu kita senang supaya Dia ingat kepada kita pada waktu kita sengsara. Dialah yang akan membimbing tanganmu. Dialah yang akan menunjukkan haluan hidupmu. Dialah yang akan menerangi jalan yang gelap.

Sahabatku......
Jangan takut menghadapi CINTA. Ketahuilah bahawa Allah yang menjadikan matahari dan memberinya cahaya. Allah menjadikan bunga dan memberinya kewangian. Allah menjadikan tubuh dan memberinya nyawa. Allah menjadikan mata dan memberinya penglihatan. Maka Allah pulalah yang menjadikan hati dan memberinya CINTA.

Jika hati mu diberi-Nya nikmat cinta sebagaimana hati ku, marilah kita pelihara nikmat itu sebaik-baiknya, kita jaga dan kita pupuk, kita pelihara supaya jangan dicabut tuhan kembali.

Cinta adalah iradat tuhan, dikirimnya ke dunia supaya tumbuh. Kalau dia terletak di atas tanah yang lekang dan tandus, tumbuhnya akan menyiksa orang lain. Kalau dia datang pada hati yang keruh dan kepada budi yang rendah, dia akan membawa kerosakan. Tetapi jika dia hinggap kepada hati yang suci, dia akan mewariskan KEMULIAAN, KEIKHLASAN dan TAAT KEPADA ILAHI.

Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sedu sedan. Tetapi cinta menghidupkan pengharapan, menguatkan hati dalam perjuangan untuk menempuh onak dan duri kehidupan.

Cinta tak bergantung kepada wang. Kalau dua insan bercinta dapat bertemu, kesenangan dan ketenteraman fikiran adalah kekayaan hakiki. Lebih dari timbunan emas, lebih dari segenggam berlian malah lebih dari segala-galanya. Itulah kebahagiaan yang tak lekang dek panas, tak lapuk dek hujan.

Ketahuilah sahabatku...
Nikmat Ilahi ada di sekeliling tiap-tiap insan, ada di dusun, ada di kota, ada di lurah, ada di daratan dan ada di lautan. Tetapi nafsu tidak pernah merasa puas atau tidak ingat akan nikmat yang ada di sekelilingnya. Yang sentiasa diperhatikannya ialah nikmat yang ada di tempat lain dan di tangan orang lain. Kelak kalau ada kesempatan pindah ke tempat yang dilihatnya itu, dia akan menyesal dan dia teringat pulang, iaitu pada hari yang tiada berguna padanya penjelasan lagi...

Sahabat..
Alam itu kadang-kadang bisu dan kadang-kadang berkata, kadang-kadang muram dan kadang-kadang gembira rupanya. Semua itu bergantung kepada warna teropong hati yang melihatnya. Boleh pada suatu waktu kita akan datang kepada suatu tempat dengan hati yang hiba, maka muramlah cahaya matahari dan... lain kali kalau kita datang ke tempat itu juga dengan hati gembira, dia akan turut gembira. Kalau bukan demikian, tentu samalah bentuk lukisan dan gambaran yang dilukis oleh ahli-ahli lukisan yang mahir. Demikianlah juga bunyi dan maksud syair yang dicipta para pujangga. Boleh memuji dan menyanjung nikmat keindahan alam dan boleh pula menyesali dan memperlihatkan buruknya.

Wahai sahabatku..
Jangan sampai terlintas dalam hati mu bahawa di dunia ini ada satu kebahagiaan yang melebihi nikmat cinta. Jika diri mu percaya ada kebahagiaan selain cinta maka akan binasalah hidup mu. Kau akan meletakkan vonis kematian ke atas diri mu sendiri.

Ingatlah sahabatku..
Cinta bukan mengajar kita lemah tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan melemahkan semangat tetapi membangkitkan semangat.

Demikianlah ilham yang dibawa oleh cinta yang suci. Cinta yang suci adalah laksana setitis embun yang turun dari langit ke atas bumi Allah ini. Jika sekiranya bumi yang menerimanya itu subur, maka tumbuhlah di atasnya beraneka warna bunga-bungaan yang harum semerbak. Menanamkan damai, aman, sentosa, insaf, rasa percaya kepada diri sendiri. Dalam hal yang begini embun cinta yang setitis itu akan membawa manusia ke mayapada yang mulia. Tetapi jika cinta jatuh ke bumi yang tidak subur, yang tandus dan penuh batu-bata, tidak ada yang akan tumbuh di sana, lain dari sirih memanjat batu, kuning daunnya lemah gagangnya. Orang itu menjadi putus asa, cemburu sesama manusia, hilang kepercayaan kepada nikmat yang tersimpan dalam hidup. Atau menjadi seorang yang penbenci, kurang percaya pada diri sendiri, kadang-kadang pendendam dan mudah berkecil hati.

Ikhlas untukmu yang di kasihi....


Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)

Nota:
Allahyarham HAMKA adalah hamba Allah yang pertama yang mentafsir Al-Quran ke dalam Bahasa Melayu. Tafsir Al-Quran yang kita miliki hari ini semuanya atas usaha murni beliau.

Al-Fatihah..
Jazaqallhuqhaira (Semoga Allah akan membalasmu dengan lebih baik lagi. Amin!)

Semua ayat yang tertera di atas adalah petikan dari novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk hasil karya HAMKA.

Saat Pemergian Kekasih Allah

Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya.

Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian,Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku." Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.

Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. Kemudian panggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.


Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu."Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.

Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.


"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

"Ummatii, ummatii, ummatii" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa sallim 'alaihi.

Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

Coretan Untuk Seorang Lelaki

Nota untuk seorang lelaki yang pernah bertaktha di hati..

Saya telah mengembara ke hujung dunia, mencari cinta saya. Tapi pertama kali bertemu awak, hati saya terus terpaut... Demi tuhan, saya tak tahu kenapa. Tapi itulah kebenarannya..

Saya telah menolak cinta awak, tapi awak mencabar saya dengan kejujuran awak, awak tahu yang awak tidak bertepuk sebelah tangan. Dan, awak berjanji saya bukan salah seekor kupu-kupu perhiasan di dinding kamar awak....

Hanya dengan sebuah renungan, saya jatuh tersungkur ke penjuru mata awak.... saya tak dapat membohongi perasaan saya bahawa saya menyayangi awak.. Dan saat saya mencintai awak, saya jatuh ke dasar perasaan yg paling dalam... Lemas dan hampir tenggelam... dalam lautan kasih sayang, seribu impian, dan saya mula terpikir, saya mengembara ke hujung dunia, mencari awak, rupanya awak ada di sisi saya selama ini dan baru saya sedari tika dan saat itu...

Bagai merpati putih cinta saya berkelana mencari singgahsana di hati awak... nyata saya tak temuinya..... Tapi akhirnya, bila awak telah memiliki cinta saya... awak mencampakkannya jauh ke dasar laut yg tak mampu saya selam.... disana saya tak mampu melihat cahaya.. Awak beri saya harapan, dan akhirnya awak jugalah yg menyalakan api dan membakar saya dalam diam...

Saya sedih sangat, bila awak kata awak tak tahu apa yg sebenarnya awak cari.... Tapi jauh disudut hati ini saya merasakan awak masih belum cukup dewasa untuk memahami apa itu cinta dan mungkin tak akan pernah dewasa..... Atau mungkin juga.. awak belum pernah benar2 jatuh cinta pada seseorang... Jadi, selama ini siapa saya dihati awak...????

Adakah selama ini awak sebenarnya tidak pernah menyintai saya?

Siapa yg memujuk saya untuk membuka pintu hati?

Siapa yg mengajar saya,bahawa Cinta itu perlukan pengorbanan?

Siapa yg memberitahu saya agar sentiasa jujur pada perasaan sendiri??


awak.....

Awak mungkin jenis lelaki yg boleh menyintai ramai perempuan berkali-kali. Tapi saya pula seorang perempuan yg percaya bahawa dalam hidup saya hanya ada 1 lelaki, 1 cinta dan 1 perkhawinan....

Kita hidup sekali, mati sekali dan menyintai sekali.......

Melangkah pergi meninggalkan awak, telah mengambil seluruh kekuatan yg saya ada. Jangan anggap saya tinggalkan awak kerana saya bencikan awak. Jangan pernah menganggap..

Bagaimana harus saya bencikan awak, sedangkan setiap hari, saya merindui awak, biarpun pada ketika awak berada disisi saya... setiap saat saya mengingati awak... seumur hidup ini saya mencintai awak...

Awak...

Sebelum saya menghilang dari dunia awak, saya ingin menyatakan sesuatu, yang tak pernah awak tahu. Kalaulah awak bertanya pada saya, sedalam mana saya cintakan awak, inilah jawapan saya....

'Kalau suatu hari, awak kehilangan suara, saya akan memberi suara saya, agar awak dapat bersuara semula. Meskipun waktu itu, saya akan bisu buat selamanya....'

'Dan kalau suatu hari awak kehilangan hati, saya akan memberi hati saya agar awak dapat hidup untuk selama-lamanya, Meskipun waktu itu saya tiada lagi di dunia ini...(awak tak pernah tahu).

Semuanya untuk awak, tapi satu jer.. yg tidak akan awak dapat dari saya sebelum awak menikahi saya....

Seseorang pernah berkata,

'If you really love someone, then let that person go. If that person is meant for you, that person will come back to you eventually. But if that person does not, then that person was never meant for you, in the first place.....'

Awak.......

Kerana saya mencintai awaklah saya melangkah pergi, demi kebahagiaan awak.... saya berdoa supaya suatu hari nanti, awak akan temui apa yg awak cari.... Supaya suatu hari nanti awak akan memahami apa erti cinta yang sebenar... supaya suatu hari nanti, awak akan dapat mengetahui, bagaimana rasanya terlalu mencintai seseorang.... dan semoga awak takkan pernah terlewat untuk menghargainya.....

Awak.....

saya percaya pada tuhan yg mempertemukan kita, saya tahu ada hikmah disebalik semua ini.... dan saya tak akan menyoal... saya juga tak pernah kesal.... sekurang-kurangnya sepanjang mengenali awak, saya telah bersikap ikhlas dan jujur dengan perasaan saya.

Saya juga percaya, andai benar kita punya jodoh, awak akan kembali pada saya.... itu bukan harapan saya... tapi saya ingin belajar untuk pasrah pada ketentuan tuhan... Dan kalaupun awak takkan pernah kembali pada saya, saya percaya, mungkin itu yg terbaik...

Ikhlas:

Wanita Yang Pernah Menyayangimu Sepenuh Hati

Warkah Kasih Dari Allah

Warkah Kasih Dari Ű§Ù„Ù„Ù‡ s.w.t

Saat kau bangun di pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepada KU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepada KU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini, semalam atau kelmarin ……

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja ……. AKU kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk ………

Di satu tempat, engkau duduk di atas kerusi selama lima belas minit tanpa melakukan apa-apapun. Kemudian AKU Melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau bergerak ke arah telephone dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan perkhabaran terbarunya.

AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU sentiasa di sisimu dengan sabar sepanjang hari. AKU melihat semua kegiatanmu. AKU berfikir mungkin engkau terlalu sibuk dan terlupa mengucapkan sesuatu kepadaKU.

Sebelum makan tengahari AKU melihatmu memandang sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum menyantap rezeki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak melakukannya ……. masih ada waktu yang tersisa.

AKU berharap engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun saat engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.

Setelah selamat sampai ke rumah, engkau menonton TV, engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari didepannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati rancangan TV yg ditampilkan. Kembali AKU menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu tetapi kau masih tidak lagi berbicara kepadaKU ……… kau langsung tidak menyebut namaKU.

Saat tidur, KU fikir kau terlalu letih. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau masuk ke kamar tidur dan tertidur tanpa sepatahpun namaKU kau sebut. Engkau sememangnya menyedari bahwa AKU selalu hadir untukmu.

AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari. AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do'a, atau bersyukur dengan segala nikmat yang KU berikan kepadamu.

Keesokan harinya …… engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiku sedikit waktu untuk menyapaKU ……..Tapi yang KU tunggu …….. tak kunjung tiba …… kau langsung tak menyapaKU.

Subuh …….. Dzohor ……. Asar ………. Maghrib ……… Isyak hinggalah Subuh kembali, kau masih tidak mengendahkan AKU ….. tak ada sepatah kata, tak ada seucap do'a, dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepadaKU ……….

Apa salahKU kepadamu …… wahai hambaKU????? Rezeki yang KU limpahkan, kesihatan yang KU berikan, harta yang KU relakan, makanan yang KU hidangkan, anak-anak yang KUrahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKU …………!!!!!!!

Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap berharap suatu saat engkau akan menyapa KU, memohon perlindungan KU, bersujud menghadapKU …… dan ingatlah AKUlah yang selalu menyertaimu setiap saat ……..

AKU yang sentiasa di sisimu setiap saat..

Airmata Malam Pertama



Hatiku bercampur baur antara kegembiraan, kesedihan dan kehibaan. Terlalu sukar untuk kugambarkan perasaan hatiku tatkala ini. Sanak saudara duduk mengelilingiku sambil memerhatikan gerak geri seorang lelaki yang berhadapan dengan bapaku serta tuan imam.

Hari ini adalah hari yang cukup bermakna bagi diriku. Aku akan diijab kabulkan dengan seorang lelaki yang tidak pernak kukenali pilihan keluarga. Aku pasrah.

Semoga dengan pilihan keluarga ini beserta dengan rahmat Tuhan. Bakal suamiku itu kelihatan tenang mengadap bapaku, bakal bapa mentuanya. Mereka berkata sesuatu yang aku tidak dapat mendengar butir bicaranya. Kemudian beberapa orang mengangguk-angguk. Serentak dengan itu, para hadirin mengangkat tangan mengaminkan doa yang dibacakan lelaki itu.

“Ana dah jadi isteri!“ Bisik sepupuku sewaktu aku menadah tangan. Tidak semena-mena beberapa titis air mata gugur keribaanku. Terselit juga hiba walaupun aku amat gembira. Hiba oleh kerana aku sudah menjadi tanggungjawab suamiku. Keluarga sudah melepaskan tanggungjawab mereka kepada suamiku tatkala ijab kabul.

“Ya Allah! Bahagiakanlah hidup kami. Kurniakanlah kami zuriat-zuriat yang menjadi cahaya mata dan penyeri hidup kami nanti.”Doaku perlahan.

Aku bertafakur sejenak. Memikirkan statusku sekarang. Aku suadh bergelar isteri. Sudah tentu banyak tanggungjawab yang perlu aku tunaikan pada suamiku dan pada keluarga yang aku dan suamiku bina nanti.

“Mampukah aku memikul tanggungjawab ini nanti” Tiba-tiba sahaja soalan itu berdetik di hati.
Kadang-kadang aku rasakan seolah-olah aku tidak dapat melaksanakan tanggungjawab seorang isteri terhadap suami.

“Assalamualaikum!” Sapa suatu suara yang mematikan tafakur tadi. Baru aku perasan, seorang lelaki berdiri betul-betul di hadapanku. Aku masih tidak mampu untuk mendongak, melihat wajahnya itu. Aku berteleku melihat kakinya.

Sanak saudara yang tadi bersama-samaku, kini membukakan ruang buat lelaki itu mendekatiku. Aku tambah gementar bila dibiarkan sendirian begini. Tanpa kusangka, dia duduk menghadapku.

“Sayang” Serunya perlahan. Suaranya itu seolah membelai dan memujuk jiwaku supaya melihat wajahnya.

Aku memaksa diriku untuk mengangkat muka, melihat wajahnya. Perlahan-lahan dia mencapai tangan kiriku, lalu disarungkan sebentuk cincin emas bertatahkan zamrud kejari manisku.

“Abang..“ Seruku perlahan sambil bersalam dan mencium tangan lelaki itu yang telah sah menjadi suamiku.

“Ana serahkan diri Ana dan seluruh kehidupan Ana kepangkuan abang. Ana harap, abang akan terima Ana seadanya ini seikhlas hati abang..”Bisikku perlahan. “Kita akan sama-sama melayari hidup ini dan akan kita bina keluarga yang bahagia.” Janjinya padaku.

Itulah kali pertama aku menemui suamiku itu. Aku tidak pernah melihatnya selain daripada sekeping foto yang telah diberikan emak kepadaku.

Kenduri perkahwinan kami diadakan secara sederhana sahaja. Namun meriah dengan kehadiran sanak saudara terdekat dan sahabat handai yang rapat. Senang sikit, tak payah berpenat lelah. Sibuk juga aku dan suamiku melayani para tetamu yang hadir ke majlis itu.

Ramai juga teman-teman suamiku yang datang. Mereka mengucapkan tahniah buat kami berdua. Tak sangka, suamiku punyai ramai kawan. Katanya, kawan-kawan sejak dari universiti lagi.

Pada pandanganku, suamiku itu memang seorang yang segak. Berbaju melayu putih sepasang serta bersampin. Aku juga memakai baju pengantin putih. Kami dah berpakat begitu.

Aku selalu berdoa pada Tuhan agar Dia kurniakan padaku seorang suami yang dapat membimbing dan menunjukkan aku jalan ketuhanan. Mengasihi aku sebagai seorang isteri. Tidak kuminta harta mahupun pangkat, cukuplah sekadar aku bahagia bersamanya dan dia juga bahagia denganku. Aku juga sering berdoa agar dikurniakan zuriat yang dapat membahagiakan kami.

“Ana, ada perkara penting yang mak dan ayah nak bincangkan dengan Ana”. Ayah memulakan mukadimah bicaranya di suatu petang sewaktu kami minum petang di halaman rumah. Mak hanya diam memerhatikan aku, membiarkan ayah yang memulkan bicaranya.

“Apa dia ayah, mak? Macam penting je” Soalku tanpa menaruh sebarang syak wasangka.

“Sebenarnya, kami telah menerima satu pinangan bagi pihak Ana.”

“Apa!!!” Pengkhabaran begitu membuatkan aku benar-benar terkejut. Aku masih belum berfikir untuk mendirikan rumah tangga dalam usia begini. Aku mahu mengejar cita-citaku terlebih dahulu. Aku tidak mahu terikat dengan sebarang tanggungjawab sebagai seorang isteri.

“Kenapa ayah dan mak tak bincang dengan Ana dulu” Soalku agak kecewa dengan keputusan mak dan ayah yang membelakangi aku. Sepatutnya mereka berbincang denganku terlebih dulu sebelum membuat sebarang keputusan yang bakal mencorakkan masa depanku.

“Kami tahu apa jawapan yang akan Ana berikan sekiranya kami membincangkan perkara ini dengan Ana. Pastinya Ana akan mengatakan bahawa Ana masih belum bersedia. Sampai bilakah Ana akan berterusan begitu?”Ayah mengemukakan alasannya bertindak demikian.

“Sebagai orang tua, kami amat berharap agar anak kesayangan kami akan mendapat seorang suami yang boleh melindungi dan membimbing Ana.” Ujar mak setelah sekian lama membisu.

“Apakah Ana fikir mak dan ayah akan duduk senang melihat anak gadisnya berterusan hidup sendirian tanpa penjagaan dari seorang suami? Kami bukan nak lepaskan tanggungjawab kami sebagai orang tua, tapi itulah tanggungjawab orang tua mencarikan seorang suami yang baik untuk anak gadisnya.”Terang ayah lagi.

“Ana..” Seru ayah setelah dia melihat aku mendiamkan diri, menahan rasa.

“Percayalah, kami membuat keputusan ini adalah untuk kebaikan Ana sebab kami terlalu sayangkan Ana.”

Ini cincinnya, pakailah!.” Mak meletakkan satu kotak kecil berbaldu di hadapanku. Perasaanku berbaur. Macam-macam yang datang. Berbelah bagi. Apa yang patut aku lakukan sekarang. Sekiranya aku menerima dan bersetuju dengan keputusan mak dan ayah itu, bermakna aku telah membiarkan cita-citaku semakin kabur dan berbalam di hadapan. Namun kiranya aku menolak, bermakna aku telah melukakan hati kedua-dua orang tuaku itu. Orang tua yang telah banyak berjasa dalam hidupku. Tanpa mereka berdua, aku takkan hadir dan mustahil untuk melihat dunia ini.

“Arrgggghh…”Keluhku sendirian. Aku dalam dilemma. Yang manakah patut aku utamakan? Perasaan sendiri atau perasaan dan harapan mak dan ayah. Aku selalu tewas bila melibatkan perasaan mak dan ayah. Aku terlalu takut untuk melukakan hati mereka. Aku takut hidupku nanti tidak diberkati Tuhan.
Azan maghrib yang berkumandang mengejutkan aku dari lamunan. Dah masuk waktu maghrib rupanya. Masih banyak lagi barang-barang yang belum dikemaskan. Penat juga nak kemaskan semua ni.
“Nanti kite kemas lepas ni. Mari solat maghrib dulu.” Ujar ayah padaku.

Adik-adik sibuk bentangkan tikar dan sejadah di ruang solat. Begitulah selalunya apabila kami berkumpul. Solat berjemaah adalah saru agenda yang tidak boleh dilupakan.

Semua orang telah siap sedia menunggu sewaktu aku keluar dari berwudhuk di bilik air. Aku cepat-cepat mengenakan telekung dan memasuki saf bersama emak, kakak dan adik.

Selesai je iqamah, ayah memberikan penghormatan kepada suamiku untuk menjadi imam. Dia kelihatan serba salah dengan permintaan ayah itu. Dia merenung ke arahku. Aku hanya mengangguk sebagai isyarat supaya dia memenuhi permintaan ayah itu. Maka dengan tenang, dia mengangkat takbir. Menjadi imam solat maghrib kami pada malam itu.

Betapa hatiku tenang sekali menjadi makmumnya. Dengan bacaan yang jelas dan merdu itu membuatkan aku berasa kagum dengan suamiku itu. Mungkin tepat pilihan ayah dan mak buatku. Bacaannya lancar lagi fasih. Bagaikan seorang arab yang menjadi imam.

“Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami terlupa atau tersilap. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kami dengan bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. Wahai Tuhan kami! Jangan Engkau pikulkan kepada kami apa-apa yang tidak terdaya kami memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami serta ampunkanlah dosa kami dan berilah rahmat kepada kami.”

“Wahai Tuhan kami! Kurniakanlah kami daripada isteri dan suami serta zuriat keturunan yang boleh menjadi cahaya mata buat kami dan jadikanlah kami daripada golongan orang-orang yang muttaqin."
Dia membaca doa dengan khusyuk memohon kepada Tuhan setelah selesai solat. Kami bersalaman. aku mendekati suamiku sambil menghulurkan tangan.

“Bang, maafkan Ana!” Bisikku perlahan sewaktu mencium tangannya. Dia kemudiannya mengucupi dahiku sebagai tanda kasih yang tulus.

“Sayang tak ada apa-apa salah dengan abang.”Ujarnya sambil tersenyum merenung wajahku.
Selepas berwirid dan berzikir, dia bangun menuju ke halaman rumah.

“Abang nak kemana tu?”Soalku.

“Nak kemaskan barang-barang kat bawah tu. Ada sikit lagi.”Jawabnya.

“Dah la tu. Rehat jelah. Esok kita boleh sambung lagi.”Aku kesian melihatnya, keletihan.

“Betul kata Ana tu Zul. Sambung esok sajalah.” Sampuk ayah yang tiba-tiba mendengar perbualan kami. Emak pun mengangguk menyetujui sarananku itu.

“Takpelah ayah, Ana. Sikit aje tu. Kejap je saya buatnya.” Dia masih berkeras sambil berlalu turun ke halaman rumah untuk mengemas beberapa peralatan yang masih lagi berada di bawah khemah.

Aku menukar pakaian, kemudian keluar membantu suamiku mengemas barang-barang di halaman rumah. Dia kelihatan asyik tanpa menyedari kehadiranku. Semua barang-barang telah dikemasnya. Aku mencapai kain pengelap dan mula mengelap meja.

“Bila Ana turun?” Soalnya apabila menyedari aku sedang mengelap meja.

“Baru aje. Asyik sangat abang buat kerja sampai tak sedar Ana datang.”

“Maafkan abang sayang.” Dia menghampiriku.

“Sayang tak marahkan?” Soalnya lagi sambil memeluk pinggangku erat.

Aku merenungnya, kemudian mengeleng-ngeleng sebagai tanda aku tak ambil hati pun pasal tu. Dia tersenyum sambil menghadiahkan satu ciuman di pipiku.

“Ish..abang ni! Nanti dilihat orang, malu kita.” Rungkutku tersipu-sipu. Nanti malu juga kalau dilihat oleh ahli keluargaku.

“Apa nak malu, kan sayang ni isteri abang.”Jawabnya tersenyum.

“Tau la, tapi tengok la keadaan dan tempat. Kalau kita berdua saja, lebih dari cium pun Ana bagi.”

“Betul ni?”Soal suamiku cepat-cepat.

“ish.. gatal la abang ni!” Dia cuba mengelak dari menjadi mangsa cubitan tanganku.

Aku terasa bahagia disayangi begini. Inilah pertama kali dalam hidupku merasai betapa nikmatnya cinta dan kasih sayang seorang kekasih hati yang aku sayangi. Aku tidak pernah terlibat dengan cinta walaupun semasa aku di universiti dulu. Dan pada tika ini, aku akan menikmatinya selepas perkahwinan. Cinta seorang suami terhadap seorang isteri.

Walaupun begitu,masih ada sedikit rasa takut di hatiku. Aku takut aku tidak mampu untuk menunaikan tanggungjawab sebagai seorang isteri. Aku takut aku tidak mampu untuk menjadi seorang isteri yang solehah dan mulia dalam hidup suamiku.

“Apa yang Ana menungkan ni?” Soalan itu mengejutkan aku dari lamunan. Aku berehat sekejap di atas kerusi batu dalam taman di halaman rumah setelah selesai mengemas barang-barang.

“Abang ni, terkejut Ana tau!” Aku buat-buat merajuk. Saja nak menduga bagaimana suamiku memujuk.

“Alaa..sayang ni.macam tu pun nak marah.” Usiknya sambil mencubit pipiku.

“Nampak gayanya terpaksalah abang tidur bawah katil dengan nyamuk-nyamuk malam ni sebab isteri abang dah merajuk. Kesian kat abang yea!” Aku mula tersenyum dengan kata-kata suamiku itu. Pandai juga suamiku buat lawak nak memujuk aku.

“Sayang” Seru suamiku sambil merangkul tubuhku.

“Sayang nak honeymoon kemana?” Tak terfikir pulak akau pasal honeymoon tu. Aku pun tak ada apa-apa plan atau cadangan pasal tu.

“Ana ikut aje kemana abang nak bawa.”

“Kalau abang bawa ke bulan atau bintang, sayang nak ikut ke?” Guraunya.

“Banyak ke duit abang nak bayar tambang roket dan nak beli set bajunya nanti?” Soalanku itu membuatkan suamiku pecah ketawa.

“Nanti sayang nak berapa orang anak?” Soalnya lagi setelah ketawanya reda.

“Abang nak berapa?” Soalku kembali tanpa menjawab soalannya.

“Abang nak sebanyak mungkin. Larat ke sayang nanti?”

“Ish.. abang ni. Abang ingat Ana ni kilang anak ke?” Sekali lagi suamiku ketawa. Nampaknya dia adalah orang yang mudah ketawa.

“Takdelah macam tu. Tapi abang suka kalau kita ada anak yang ramai. Sama banyak lelaki dan perempuan.”

“Insya-Allah, kalau ada rezeki nanti Ana sanggup.” Penjelesanku itu membuatkan suamiku tersenyum gembira.

“Ni yang buat abang tambah sayang ni.” Satu lagi kucupan mesra singgah di pipiku.
Aku terasa bahagia diperlakukan begitu. Aku punyai suami yang baik dan penyayang. Aku rasa dilindungi.

“Zul, Ana! Jom kita makan dulu!” Suara mak memanggil.

“Mari bang! Ana pun dah lapar ni.” Ajakku sambil memimpin tangannya. Kami bangun beriringan masuk ke dalam rumah untuk menghadapi hidangan makan malam.

Rasa lapar la juga kerana sejak tadi lagi asyik layan tetamu dan buat kerja aje sampai lupa untuk makan. Seronok sangat dengan kahadiran kawan-kawan rapat serta gembira dianugerahi seorang suami yang baik.

Sudah beberapa hari aku asyik memikirkan pasal pertunanganku. Terlalu sukar untuk aku menerimanya. Tambah lagi dengan lelaki yang tidak pernah kukanali. Perkahwinan bukanlah sesuatu yang boleh diambil mudah. Kehidupan yang memerlukan persefahaman sepanjang hidup. Tanpa persefahaman dan tolak ansur, mustahil dua jiwa dan dua hati boleh bersatu dalam menjalani hidup sebagai suami isteri. Tidak sedikit cerita yang aku dengar tentang rumah tangga yang hanya mampu betahan buat seketika atau separuh jalan sahaja. Kemudian pecah berkecai umpama kapal dipukul badai. Berselerak dan bertaburan. Apataha lagi kalau dah dikurniakan anak. Anak-anak akan jadi mangsa keadaan.

“Mampukah akau menerima suamiku nanti sepenuh hatiku? Mampukah aku menyediakan seluruh ruang isi hatiku ini buat suamiku itu? Bahagiakah aku bila bersamanya nanti?” Bertalu-talu persoalan demi persoalan menerjah benak fikiranku. Aku rasa amat tertekan dengan keadaan ini. Bukan aku tak fakir pasal rumah tangga, tapi aku masih belum bersedia untuk melaluinya.

“Ya Allah, bantulah aku dalam membuat keputusan. Tunjukkanlah aku jalan penyelesaian. Janganlah Engkau biarkan aku sendirian dalam menentukan masa depan hidupku.”

“Ya Allah, aku benar-benar tersepit antara kehendak orang tuaku dan persaan hatiku sendiri. Kiranya ia baik buatku, maka berilah aku redha dalam menerimanya wahai Tuhan.
Indahnya kuperhatikan suasana kamarku. Aku sendiri yang menghiasinya. Kamar malam pertamaku bersama seorang lelaki yang bergelar suami. Kamar yang akan menjadi saksi bisu bila mana aku menyerahkan khidmatku pada seorang suami. Kegusaran dan sedikit gentar mula bertandang dalam sanubari. Aku rasa takut sendirian untuk melalui keindahan malam pertama ini. Bagaimanakah akan melayani suamiku nanti?

Ketukan pada pintu bilik membuatkan hatiku bertambah gusar. Dari tadi lagi aku hanya duduk di birai katil.

“Masuklah, pintu tak berkunci.” Aku bersuara perlahan. Aku pasti, itu adalah suamiku.

Dia masuk, kemudian menutup pintu bilik kami dengan perlahan dan menguncinya sekali. Dia kemudiannya menghampiri dan duduk di sisiku.

“Kenapa asyik termenung aje ni? Sayang tak gembirakah bersama abang?” Aku tak menyangka soalan itu yang diajukan oleh suamiku tatkala ketakutan di malam pertama begitu membanjiri jiwaku.

Aku hanya mampu mengeleng-ngeleng. Aku sendiri tak tahu apa jawapan yang terlebih baik untuk soalan suamiku itu.

“Habistu apa yang sayang menungkan ni?”

“Ana takut bang!” Itulah aku rasa jawapan yang tepat bagi menjawab soalannya.
Dia memelukku erat sambil membelai rambutku.

“Apa yang nak ditakutkan? Abangkan ada. Abang akan Bantu dan tolong sayang. Kita sama-sama bina keluarga kita.” Pujuk suamiku.

“Ana takut Ana tak mampu untuk menjalankan tugas sebagai isteri abang. Ana banyak kelemahan bang. Ana takut nanti Ana akan mengecewakan abang. Ana takut..” Aku tidak sempat untuk meneruskan kata-kataku kerana suamiku telah meletakkan telunjuknya di bibirku tanda tidak membenarkan aku menghabiskan bicaraku. Terkebil-kebil mataku memandangnya.

“Sayang, abang terima sayang sebagai isteri abang seadanya. Abang terima segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada sayang. Usahlah sayang risaukan pasal itu. Ok sayang!” Bisiknya.
Aku memeluknya syahdu di atas penerimaannya terhadapku.

“Sayang, abang nak mandi kejap. Badan ni dah rasa macam melekit.” Aku bangun membuka almari pakaian dan mencapai sehelai tuala serta kain pelikat. Kuhulurkan kepadanya dengan penuh kasih sayang.

Dia tersenyum kepadaku dan mencium pipiku sebelum berlalu ke bilik air. Kemudian aku terdengar siraman air terjun ke lantai.

Malam berarak perlahan. Langit kelihatan gelap pekat tanpa bulan dan bintang. Mungkin sekejap lagi hujan akan mencurah, membasahi bumi yang sudah beberapa hari merindui titis air untuk membajai ketandusannya.

“Ayah, mak! Ana dah buat keputusan.” Beritahuku sewaktu kami sedang berehat di beranda rumah pada suatu hari.

Ayah yang sedang membaca akhbar dan emak yang sedang menyulam tiba-tiba memandangku serentak, kemudian berpaling sesama sendiri.

“Keputusan tentang apa?” Soal ayah inginkan kepastian. Mungkin mereka tertanya-tanya keputusan apakah yang telah kubuat.

“Pasal peminangan tu.” Ujarku.

Ayah dan emak kembali merenungku. Mereka memberikan perhatian kepada apa yang bakal aku beritahu. Keputusan yang telah kubuat setelah berfikir baik dan buruknya. Keputusan yang bakal menentukan masa depan arah perjalanan hidupku.

“Kiranya ini takdir Tuhan, maka Ana redha dengan jodoh yang ayah dan emak pilih.” Terasa pilu sekali hatiku sewaktu meluahkannya. Ada sedikit titis jernih jatuh ke riba. Aku mengesatnya dengan hujung jari.

Emak bangun dan memelukku. Aku tidak tahu apakah ertinya pelukan emak itu. Pelukan gembira oleh kerana aku menerima pilihan mereka atau pelukan untuk menenangkan jiwaku yang sedang berkecamuk dan sedih ini? Hanya emak yang tahu hakikatnya.

“Syukurlah, moga Ana bahagia nanti.” Ucap ayah padaku.

Aku terpaksa berkorban demi untuk melihat senyuman di bibir ayah dan emak walaupun hatiku sendiri terpaksa menangis. Tapi adalah terlebih baik bagiku memakan hatiku sendiri daripada memakan hati orang tua ku.

“Nanti mak kenalkan dia pada Ana.” Ujar emak sambil tersenyum kerana keputusanku memihak kepada mereka.

“Tak payahlah mak. Kenalkan pada Ana di hari perkahwinan tu aje.” Aku rasa lebih baik demikian kerana selepas ijab Kabul aku sudah tidak punyai pilihan lain selain daripada menerima walaupun dengan terpaksa lelaki pilihan ayah dan emak ku itu sebagai suamiku. Aku tidak mahu pertemuan sebelum ijab kabul nanti akan menyebabkan aku berbelah bagi dengan keputusan yang telah aku buat.

“Kenapa pula macam tu? Kan lebih baik kalau Ana berkenalan dahulu dengannya.” Ayah mempersoalkan keputusanku itu.

“Ana telah memenuhi kehendak ayah dan mak dengan menerima pilihan ayah dan mak. Tak bolehkah ayah dan mak memenuhi permintaan dan kehendak Ana pula?” Aku berlalu meninggalkan mereka dalam keadaan tercengang dengan permintaan ku itu.

Aku siapkan kamar tidur seadanya. Aku letakkan pakaian persalinan buat suamiku di atas katil. Aku menunggunya keluar dari bilik air. Aku sendiri telah bersiap-siap menukar pakaian malam menanti suamiku itu dengan penuh debaran. Kedengaran pintu bilik air dibuka. Dia keluar sambil tersenyum ke arahku.

“Sayang, boleh tak ambilkan abang segelas air. Dahagalah.” Pinta suamiku sambil mengelap-ngelap badannya dengan tuala di tangan.

“Baik bang. Bang, ni baju abang.” Ujarku sambil bangun untuk ke dapur.
Sewaktu aku keluar, lampu di ruang tamu semuanya telah dipadamkan. Kulihat jam dah dekat pukul 1 pagi.

“Patutlah.” Bisik hatiku. Aku meneruskan langkahku ke dapur dalam smar-samar cahaya bilik yang masih lagi terpasang.

Kupenuhkan labu sayung dengan air masak dan ku capai sebiji gelas. Aku membawa kedua-duanya menuju ke bilik.

Suasana malam agak sunyi. Tiada bunyi cengkerik atau cacing tanah. Cuma kat luar
sana kadang-kadang langit kelihatan cerah diterangi cahaya kilat memancar. Malam yang pekat bakal mencurahkan hujan.

Sewaktu aku melangkah masuk ke bilik, kelihatan suamiku sedang khusyuk berdoa atas sejadah. Mulutnya terkumat kamit tanpa ku tahu butir bicaranya.

Kutuangkan air kedalam gelas dan kuletakkan atas meja menanti suamiku selesai berdoa. Kemudian dia bangun menghampiriku. Aku menghulurkan gelas air kepadanya.

“Bang” Seruku.

“Ada apa sayang?” Soalnya apabila melihat aku tersipu-sipu kearahnya.

“Malam ni abang nak..?”Agak segan untuk kuteruskan pertanyaan itu. Suamiku masih lagi menanti persoalan yang kutanya “Nak apa sayang?” Soalnya lagi sambil tersenyum.

“Ah..abang ni..” Aku malu sendirian apabila melihat suamiku seolah-olah dapat membaca fikiranku.

“Ya, abang nak sayang layan abang malam ni. Boleh tak?” Bisiknya ketelingaku.

Aku hanya mampu mengangguk-angguk tanda bersedia untuk melayani segala kehendak dan kemahuannya. Aku cuba untuk mempersiapkan diri sebagai seorang isteri yang mampu menyediakan dan memenuhi segala keperluan dan kemahuan suamiku itu.

“Assalamualaikum, wahai pintu rahmat!” Bisik suamiku.

“Waalaikumussalam wahai tuan pemilik yang mulia.” Jawabku.

Malam yang gelap kehitaman itu kulaluinya bertemankan seorang lelaki yang telah kuserahkan kepadanya seluruh jiwa dan ragaku ke dalam tangannya. Dia berhak segala-galanya ke atasku. Sebagai seorang isteri, aku mesti sentiasa patuh kepada segala arahan dan suruhannya selagi mana ia tidak bercanggah dengan ketetapan Tuhan dan Rasul.

Pertama kali kulalui dalam hidupku, malam bersama seorang lelaki yang telah dihalalkan aku keatasnya. Aku umpama lading dan suamiku itu adalah peladang. Ia berhak mendatangiku mengikut sekehendak hatinya. Aku telah membaca beberapa buah buku tentang alam perkahwinan, rumahtangga dan tanggungjawab seorang isteri apabila aku menerima pilihan emak dan abah terhadapku. Aku cuba untuk memperaktikkannya selagi aku termampu untuk melakukannya. Aku cuba menjadi yang terbaik bagi suamiku. Aku ingin suamiku bahagia bersamaku. Aku ingin menjadi permaisuri yang bertahta di hati dan jiwanya sepanjang usia hayatnya.

Rasulullah bersabda:
“Sebaik-baik isteri itu ialah yang dapat menenangkan kamu apabila kamu melihatnya dan taat kepada kamu apabila kamu perintah dan memelihara dirinya dan menjaga hartamu apabila kamu tiada.”

Rasulullah bersabda:
“Setiap wanita itu adalah pengurus sebuah rumahtangga suaminya dan akan ditanyakan hal urusan itu.”

Rasulullah bersabda:
“Isteri yang mulia ini merupakan sesuatu yang terbaik di antara segala yang bermanfaat di dunia.”

Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya wanita yang baik itu adalah wanita yang beranak, besar cintanya, pemegang rahsia, berjiwa kesatria terhadap keluarganya, patuh terhadap suaminya, pesolek bagi suaminya, menjaga diri terhadap lelaki lain, taat kepada ucapan suaminya dan perintahnya, dan apabila bersendirian dengan suaminya, dia pasrahkan dirinya kepada kehendak suaminya itu.”

Sesungguhnya perkahwinan ataupun rumahtangga itu bukanlah sesuatu yang boleh dipandang remeh atau yang boleh dipermain-mainkan. Ia adalah suatu ikatan yang menghalalkan yang haram sebelumnya. Ia memerlukan persefahaman, tolak ansur, saling mempercayai, tolong menolong, kasih mengasihi seikhlas hati dan sebagainya. Tanpa itu semua, mana bisa dua jiwa yang berlainan sifat dan sikap mampu mengharungi sebuah kehidupan yang penuh dengan dugaan ini bersama-sama. Ia amat mustahil sekali.

Maka seharusnya kita perlu mempersiapkan diri sebelum memasuki gerbang perkahwinan dengan pelbagai ilmu. Ilmu kekeluargaan, ilmu keibu bapaan, psikologi kanak-kanak dan sebagainya. Jangan cuba untuk menghampirinya selagi mana kita belum benar-benar bersedia untuk menghadapinya. Jangan kita fikirkan tentang nafsu semata-mata. Fikirkan sama tentang tanggungjawab yang bakal kita pikul nanti. Tanggungjawab sebagai seorang suami ataupun isteri, tanggungjawab sebagai seorang bapa ataupun ibu. Mampukah kita semua memenuhi atau menunaikan tanggungjawab dan tuntutan itu. Kita pastinya akan dipersoalkan tentang pertanggungjawaban itu. Sama ada di dunia mahaupun di hadapan Tuhan nanti. Kerana tanggungjawab itu adalah amanah yang perlu ditunaikan oleh setiap orang.

Bunyi batuk yang berlarutan menyebabkan aku tersedar dari tidur istimewaku malam ini. Sewaktu aku membuka mata, aku lihat suamiku sedang bersimpuh diatas sejadah. Dia mengurut-urut dadanya menahan batuk. Aku bingkas bangun, turun dari katil dan menghampirinya.

“Abang tak apa-apa?” Soalku risau dengan keadaannya. Aku mula risau, takut-takut suamiku itu mempunyai penyakit-penyakit tertentu yang tidak aku ketahui.

“Abang ok je. Mungkin sejuk sikit kot.” Jelasnya. Mungkin juga. Hawa dinihari itu sejuk sebab hujan masih lagi bergerimis selepas mencurah lebat semalam.

“Pergilah mandi, ayah dan semua orang sedang menunggu kita untuk berjemaah di luar tu.” Arah suamiku sambil tersenyum merenungku dengan pajama itu. Aku malu sendirian bila mata suamiku menyorot memerhati seluruh tubuhku itu.

“Nakallah abang ni.” Aku bangun mencapai tuala dan terus ke bilik air untuk mandi. Aku masih lagi terdengar batuk-batuk dari luar.

Ayah mahu suamiku mengimami solat subuh itu, tapi suamiku menolak dengan alasan dia batuk-batuk dan tak berapa sihat. Namun ayah masih berkeras, maka terpaksalah dia menjadi imam.

Kesian aku melihatnya. Bacaannya tidak selancar semalam. Banyak tersangkut dan terpaksa berhenti atau mengulanginya kerana asyik batuk-batuk sahaja. Aku mula risau lagi dengan keadaan begitu.
Selepas beriwirid pendek, dia membacakan doa dengan perlahan tapi masih boleh didengari oleh semua ahli keluargaku. Aku lihat muka suamiku agak kepucatan.

“Kenapa ni bang?” Soalku sewaktu bersalaman dengannya.

“Entahlah, abang rasa kurang sihat sikit pagi ni..”

“Zul sakit ke?” Tanya ayah.

“Takdelah, cuma kurang sihat sikit. Mungkin sebab cuaca kot.” Jawabnya.

“Elok makan ubat, nanti takut melarat pulak.” Sampuk mak.

“Nanti Ana ambilkan ubat.” Aku bangun ke dapur untuk mengambil ubat dalam rak ubat.

Ubat-ubatan asas sentiasa tersimpan dalm rak ubat di rumahku. Ini bagi memudahkan bagi tujuan rawatan segera kalau ada apa-apa berlaku. Aku ambil sebotol ubat batuk dan segelas air.
Suamiku sudah masuk ke bilik. Batuknya agak berkurangan sedikit dari tadi. Mungkin betul juga ia ada kaitan dengan keadaan cuaca yang sejuk. Dia menghirup sirap batuk yang kusuapkan.

“Terima kasih.” Ucapnya perlahan. Aku angguk.

“Abang berehatlah.” Ujarku sambil membaringkan badannya ke atas tilam.

“Abang minta maaf kerana menyusahkan sayang.”

“Kenapa pula abang cakap macam tu. Sikit pun Ana tak rasa susah.”

“Abang tahu sayang susah hati tengok abang begini. Sepatutnya hari pertama begini, abang kena membahagiakan sayang. Tapi abang minta maaf sebab keadaan abang tak mengizinkan.”

“Dahla tu bang. Ana isteri abang. Ana sentiasa bersedia berkhidmat untuk abang tanpa sedikit pun rasa susah.”Pujukku walaupun sebenarnya hatiku memang runsing dengan keadaannya.

“Walau apapun yang berlaku, abang tetap sayang dan cintakan saying. Sayanglah satu-satunya buah hati abang.” Sambung suamiku tanpa menghiraukan nasihatku supaya dia berehat saja.

Entah kenapa tiba-tiba sahaja hatiku dilanda kesedihan. Entah darimana ia berputik.

“Abang minta maaf atas segalanya. Sayang maafkan abang ya!”

“Abang nak tidur dulu. Mengantuk rasanya.” Ujarnya perlahan.

“Abang tidurlah.” Aku menarik selimut untuk menyelimutinya. Aku menciumi dahinya. Sekejap sahaja dia terlena selepas mulutnya terkumat kamit membacakan sesuatu.

Aku memerhatikan suamiku buat seketika. Tidurnya kelihatan tenang dengan susunan nafas yang teratur. Aku suka melihat wajahnya yang memberikan ketenangan buatku. Wajahnya yang agak bersih dihiasi dengan kumis dan jambang yang nipis dan terjaga. Aku berdoa dan berharap agar kurniaan Tuhan ini akan berkekalan bersamaku hingga ke akhir hayat.

Namun segala-galanya telah ditentukan Tuhan. Hidup, mati, rezeki, baik dan buruk seseorang hamba itu telah ditentukan Tuhan semenjak ia berada dalam kandungan ibunya lagi. Maka aku sebagai seorang hamba yang lemah terpaksa menerima segala kehendaknya dengan redha dan tenang. Siapa tahu, rupa-rupanya itulah hari pertama dan terakhir aku bersama suamiku yang baru aku kenali itu. Aku hanya mengenalinya seketika sahaja, namun dia telah meninggalkan aku buat selama-lamanya. Aku belum sempat untuk menjalankan tugasan sebagai isteri dengan sepenuhnya. Apalagi yang dapat aku lakukan. Patutlah dia asyik memohon maaf dariku.

Sewaktu aku ingin mengejutkannya untuk bersarapan, berkali-kali aku cuba memanggil namanya. Namun dia masih tak menjawab. Aku menggoncang tubuhnya, tetapi tetap tak ada respon. Aku sentuh tangannya, sejuk. Aku memeriksa nadi dan denyutan jantungnya. Senyap! Air mataku terus je mengalir tanpa dapat ditahan lagi. Menangisi kepergian seorang suami. Aku tersedu-sedu sewaktu semua ahli keluarga masuk kebilik untuk melihat apa yang berlaku setelah terlalu lama aku cuba mengejutkan suamiku itu. Tapi rupanya hanyalah jasad yang terbujur kaku.

“Sudahlah Ana, bersyukurlah kerana masih ada lagi pusaka tinggalannya buat Ana.” Pujuk emak.
Aku hanya mampu tersenyum dengan pujukan emak itu sambil memandang wajah seorang bayi lelaki yang sedang nyenyak tidur disebelahku. Itulah takdir Tuhan, malam pertama yang telah membuahkan hasil. Walaupun hanya pertama, tapi itulah panglima yang menang dalam pertarungan bagi menduduki rahimku ini. Hari ini, zuriat suamiku itu telah menjengok dunia ini. Satu-satunya pusaka yang tidak ada nilai buatku selain sebuah rumah yang telah diwasiatkan oleh suamiku buatku.

Ya Allah, tempatkanlah rohnya bersama golongan yang soleh. Ya Allah, rahmatilah anakku ini. Jadikanlah dia umpama bapanya yang sentiasa taat kepadamu. Jadikanlah ia berjasa kepada perjuangan dalam menegakkan agamamu. Jadikanlah ia sebagai permata yang membahagiakan aku dan seluruh keluargaku.

Amin..

award sayer :)

create your own banner at mid fashion shop!

Lurve This Song :)